9 Waktu Fadhilah Surat
Al Ikhlas
Waktu yang dianjurkan
membaca surat Al Ikhlas. Semoga kita bisa mendapatkan keberkahan dengan
mengamalkannya.
Pertama: waktu pagi
dan sore hari.
Pada waktu ini, kita
dianjurkan membaca surat Al Ikhlash bersama dengan maw’idzatain (surat Al Falaq
dan surat An Naas) masing-masing sebanyak tiga kali. Keutamaan yang diperoleh
adalah: akan dijaga dari segala sesuatu (segala keburukan).
Dari Mu’adz bin
Abdullah bin Khubaib dari bapaknya ia berkata,
خَرَجْنَا فِى لَيْلَةِ مَطَرٍ
وَظُلْمَةٍ شَدِيدَةٍ نَطْلُبُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لِيُصَلِّىَ
لَنَا فَأَدْرَكْنَاهُ فَقَالَ « أَصَلَّيْتُمْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا فَقَالَ
« قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَلَمْ أَقُلْ شَيْئًا
ثُمَّ قَالَ « قُلْ ». فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَقُولُ قَالَ « (قُلْ
هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ حِينَ تُمْسِى وَحِينَ تُصْبِحُ
ثَلاَثَ مَرَّاتٍ تَكْفِيكَ مِنْ كُلِّ شَىْءٍ »
Pada malam hujan lagi
gelap gulita kami keluar mencari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk shalat bersama kami, lalu kami menemukannya. Beliau
bersabda, “Apakah kalian telah shalat?” Namun sedikitpun aku tidak
berkata-kata. Beliau bersabda, “Katakanlah“. Namun sedikit pun aku tidak
berkata-kata. Beliau bersabda, “Katakanlah“. Namun sedikit pun aku tidak
berkata-kata. Kemudian beliau bersabda, “Katakanlah“. Hingga aku
berkata, “Wahai Rasulullah, apa yang harus aku katakan?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Katakanlah
(bacalah surat) QUL HUWALLAHU AHAD DAN QUL A’UDZU BIRABBINNAAS DAN QUL A’UDZU
BIRABBIL FALAQ ketika sore dan pagi sebanyak tiga kali, maka dengan ayat-ayat
ini akn mencukupkanmu (menjagamu) dari segala keburukan.” (HR. Abu Daud no.
5082 dan An Nasai no. 5428. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Kedua: sebelum tidur.
Pada waktu ini, kita
dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan terlebih dahulu
mengumpulkan kedua telapak tangan, lalu keduanya ditiup, lalu dibacakanlah tiga
surat ini. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi diusapkan pada anggota tubuh
yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Cara
seperti tadi diulang sebanyak tiga kali.
Dari ‘Aisyah,
beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله
عليه وسلم – كَانَ إِذَا أَوَى إِلَى فِرَاشِهِ كُلَّ لَيْلَةٍ جَمَعَ كَفَّيْهِ
ثُمَّ نَفَثَ فِيهِمَا فَقَرَأَ فِيهِمَا ( قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ) وَ ( قُلْ
أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ) وَ ( قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ) ثُمَّ يَمْسَحُ
بِهِمَا مَا اسْتَطَاعَ مِنْ جَسَدِهِ يَبْدَأُ بِهِمَا عَلَى رَأْسِهِ وَوَجْهِهِ
وَمَا أَقْبَلَ مِنْ جَسَدِهِ يَفْعَلُ ذَلِكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ
“Nabi shallallahu
’alaihi wa sallam ketika berada di tempat tidur di setiap malam, beliau
mengumpulkan kedua telapak tangannya lalu kedua telapak tangan tersebut ditiup
dan dibacakan ’Qul huwallahu ahad’ (surat Al Ikhlash), ’Qul a’udzu birobbil
falaq’ (surat Al Falaq) dan ’Qul a’udzu birobbin naas’ (surat An Naas).
Kemudian beliau mengusapkan kedua telapak tangan tadi pada anggota tubuh yang mampu
dijangkau dimulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan. Beliau melakukan
yang demikian sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari no. 5017)
Ketiga: ketika ingin
meruqyah (membaca do’a dan wirid untuk penyembuhan ketika sakit).
Bukhari membawakan
bab dalam shohihnya ‘Meniupkan bacaan ketika ruqyah’. Lalu dibawakanlah hadits
serupa di atas dan dengan cara seperti dijelaskan dalam point kedua.
عَنْ عَائِشَةَ – رضى الله عنها
– قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا أَوَى إِلَى
فِرَاشِهِ نَفَثَ فِى كَفَّيْهِ بِقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
وَبِالْمُعَوِّذَتَيْنِ جَمِيعًا ، ثُمَّ يَمْسَحُ بِهِمَا وَجْهَهُ ، وَمَا
بَلَغَتْ يَدَاهُ مِنْ جَسَدِهِ . قَالَتْ عَائِشَةُ فَلَمَّا اشْتَكَى كَانَ
يَأْمُرُنِى أَنْ أَفْعَلَ ذَلِكَ بِهِ
Dari ‘Aisyah radhiyallahu
‘anha, dia berkata, “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
hendak tidur, beliau akan meniupkan ke telapak tangannya sambil membaca QUL
HUWALLAHU AHAD (surat Al Ikhlas) dan Mu’awidzatain (Surat An Naas dan Al
Falaq), kemudian beliau mengusapkan ke wajahnya dan seluruh tubuhnya. Aisyah
berkata, “Ketika beliau sakit, beliau menyuruhku melakukan hal itu
(sama seperti ketika beliau hendak tidur, -pen).” (HR. Bukhari no.
5748)
Jadi tatkala
meruqyah, kita dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas dengan
cara: Terlebih dahulu mengumpulkan kedua telapak tangan lalu keduanya ditiup
lalu dibacakanlah tiga surat tersebut. Setelah itu, kedua telapak tangan tadi
diusapkan pada anggota tubuh yang mampu dijangkau dimulai dari kepala, wajah,
dan tubuh bagian depan. Cara seperti ini diulang sebanyak tiga kali.
Keempat: wirid seusai
shalat (sesudah salam).
Sesuai shalat
dianjurkan membaca surat Al Ikhlash, Al Falaq dan An Naas masing-masing sekali.
Dari ‘Uqbah bin ‘Amir, ia berkata,
أَمَرَنِي
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ أَقْرَأَ الْمُعَوِّذَاتِ
دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan padaku untuk membaca mu’awwidzaat
di akhir shalat (sesudah salam).” (HR. An Nasai no. 1336 dan Abu Daud
no. 1523. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).
Yang dimaksud mu’awwidzaat adalah surat Al Ikhlas, Al Falaq
dan An Naas sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Hajar Al Asqolani. (Fathul Bari,
9/62)
Kelima: dibaca ketika
mengerjakan shalat sunnah fajar (qobliyah shubuh).
Ketika itu, surat Al
Ikhlash dibaca bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at
pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada
raka’at kedua.
Dari’ Aisyah radhiyallahu
‘anha, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
نِعْمَتِ
السُّوْرَتَانِ يَقْرَأُ بِهِمَا فِي رَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الفَجْرِ : { قُلْ هُوَ
اللهُ أَحَدٌ } وَ { قُلْ يَا أَيُّهَا الكَافِرُوْنَ
“Sebaik-baik surat yang dibaca
ketika dua raka’at qobliyah shubuh adalah Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash)
dan Qul yaa ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun).” (HR. Ibnu Khuzaimah
4/273. Syaikh Al Albani mengatakan dalam Silsilah Ash Shohihah bahwa hadits
ini shahih. Lihat As Silsilah Ash Shohihah no. 646).
Hal ini juga dikuatkan dengan hadits Ibnu Mas’ud yang akan disebutkan pada
point berikut.
Keenam: dibaca ketika mengerjakan
shalat sunnah ba’diyah maghrib.
Ketika itu, surat Al Ikhlash dibaca
bersama surat Al Kafirun. Surat Al Kafirun dibaca pada raka’at pertama setelah
membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash dibaca pada raka’at kedua.
Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu mengatakan,
مَا
أُحْصِى مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقْرَأُ فِى
الرَّكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَفِى الرَّكْعَتَيْنِ قَبْلَ صَلاَةِ
الْفَجْرِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ
“Aku tidak dapat
menghitung karena sangat sering aku mendengar bacaan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam membaca surat pada shalat dua raka’at ba’diyah maghrib dan
pada shalat dua raka’at qobliyah shubuh yaitu Qul yaa ayyuhal kafirun (surat Al
Kafirun) dan qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash).” (HR. Tirmidzi no. 431.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)
Ketujuh: dibaca
ketika mengerjakan shalat witir tiga raka’at.
Ketika itu, surat Al
A’laa dibaca pada raka’at pertama, surat Al Kafirun pada raka’at kedua dan
surat Al Ikhlash pada raka’at ketiga.
Dari ‘Abdul Aziz bin
Juraij, beliau berkata, “Aku menanyakan pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,
surat apa yang dibaca oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (setelah
membaca Al Fatihah) ketika shalat witir?”
‘Aisyah menjawab,
كَانَ يُوتِرُ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- قَالَتْ كَانَ يَقْرَأُ فِى الأُولَى بِ (سَبِّحِ اسْمَ
رَبِّكَ الأَعْلَى) وَفِى الثَّانِيَةِ بِ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ)
وَفِى الثَّالِثَةِ بِ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ) وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ.
“Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam membaca pada raka’at pertama: Sabbihisma robbikal a’la (surat
Al A’laa), pada raka’at kedua: Qul yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan
pada raka’at ketiga: Qul huwallahu ahad (surat Al Ikhlash) dan
mu’awwidzatain (surat Al Falaq dan An Naas).” (HR. An Nasai no. 1699,
Tirmidzi no. 463, Ahmad 6/227)
Dalam riwayat yang lain
disebutkan tanpa surat al mu’awwidzatain.
عَنْ أُبَىِّ بْنِ كَعْبٍ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُوتِرُ بِ (سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ
الأَعْلَى) وَ (قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ) وَ (قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ)
Dari Ubay bin Ka’ab,
ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya melaksanakan
shalat witir dengan membaca Sabbihisma robbikal a’la (surat Al A’laa), Qul
yaa ayyuhal kafiruun (surat Al Kafirun), dan Qul huwallahu ahad (surat Al
Ikhlash)” (HR. Abu Daud no. 1423 dan An Nasai no. 1730)
Ibnu Qudamah Al
Maqdisi rahimahullah mengatakan,
وَحَدِيثُ عَائِشَةَ فِي هَذَا
لَا يَثْبُتُ ؛ فَإِنَّهُ يَرْوِيهِ يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ ، وَهُوَ ضَعِيفٌ
.وَقَدْ أَنْكَرَ أَحْمَدُ وَيَحْيَى بْنُ مَعِينٍ زِيَادَةَ الْمُعَوِّذَتَيْنِ .
“Hadits ‘Aisyah
tidaklah shahih. Di dalamnya ada seorang perowi bernama Yahya bin Ayyub, dan ia
dho’if. Imam Ahmad dan Yahya bin Ma’in telah mengingkari penambahan
“mu’awwidzatain”.” (Al Mughni, 1/831)
Syaikh Syu’aib Al
Arnauth mengatakan,
تعليق شعيب الأرنؤوط : صحيح
لغيره دون قوله : والمعوذتين وهذا إسناد ضعيف عبد العزيز بن جريج لا يتابع في
حديثه
“Hadits ini shahih
kecuali pada perkataan “al mu’awwidzatain”, ini sanadnya dho’if karena ‘Abdul
‘Aziz bin Juraij tidak diikuti dalam haditsnya.” (Tahqiq Musnad Al Imam Ahmad
bin Hambal, 6/227)
Jadi yang tepat dalam
masalah ini, bacaan untuk shalat witir adalah raka’at pertama dengan surat Al
A’laa, raka’at kedua dengan surat Al Kafirun dan raka’at ketiga dengan surat Al
Ikhlas (tanpa mu’awwidzatain).
Namun bacaann ketika
witir ini sebaiknya tidak rutin dibaca, sebaiknya diselingi dengan berganti
membaca surat lainnya. Syaikh ‘Abdullah Al Jibrin rahimahullah mengatakan,
والظاهر أنه يكثر من قراءتها،
ولا يداوم عليها فينبغي قراءة غيرها أحياناً حتى لا يعتقد العامة وجوب القراءة بها
“Yang nampak dari
hadits yang ada, hendaklah bacaan tersebut seringkali saja dibaca, namun tidak
terus-terusan. Sudah seharusnya seseorang membaca surat yang lain ketika itu
agar orang awam tidak salah paham,ditakutkan mereka malah menganggapnya sebagai
perkara yang wajib.” (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin, 24/43)
Kedelapan: dibaca
ketika mengerjakan shalat Maghrib (shalat wajib) pada malam jum’at.
Surat Al Kafirun
dibaca pada raka’at pertama setelah membaca Al Fatihah, sedangkan surat Al Ikhlash
dibaca pada raka’at kedua.
Dari Jabir bin
Samroh, beliau mengatakan,
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه
وسلم يَقْرَأُ فِي صَلاَةِ المَغْرِبِ لَيْلَةَ الجُمُعَةِ : ( قَلْ يَا أَيُّهَا
الكَافِرُوْنَ وَ قُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ
“Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam biasa ketika shalat maghrib pada malam Jum’at membaca Qul yaa
ayyuhal kafirun’ dan ‘Qul ‘ huwallahu ahad’. ” (Syaikh Al Albani dalam
Takhrij Misykatul Mashobih (812) mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)
Kesembilan: ketika
shalat dua rak’at di belakang maqom Ibrahim setelah thowaf.
Dalam hadits Jabir
bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu yang amat panjang disebutkan,
فجعل المقام بينه وبين البيت [ فصلى ركعتين : هق حم ] فكان يقرأ في
الركعتين : ( قل هو الله أحد ) و ( قل يا أيها الكافرون ) ( وفي رواية : ( قل يا
أيها الكافرون ) و ( قل هو الله أحد )
“Lantas Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan maqom Ibrahim antara dirinya dan
Ka’bah, lalu beliau laksanakan shalat dua raka’at. Dalam dua raka’at tersebut,
beliau membaca Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas) dan Qul yaa-ayyuhal kaafirun
(surat Al Kafirun). Dalam riwayat yang lain dikatakan, beliau membaca Qul
yaa-ayyuhal kaafirun (surat Al Kafirun) dan Qulhuwallahu ahad (surat Al Ikhlas).”
(Disebutkan oleh Syaikh Al Albani dalam Hajjatun Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, hal. 56)
Semoga sajian ini
bermanfaat dan bisa diamalkan. Alhmadulillahilladzi bi ni’matihi
tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ’ala nabiyyina Muhammad wa ’ala alihi wa
shohbihi wa sallam.