Kamis, 30 Juni 2016

imam ghozali

Enam Persoalan Hidup Menurut Al-Ghazali
Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu ia bertanya kepada mereka,
“Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi menurut Imam Ghozali yang paling dekat dengan manusia adalah “mati”. Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Lihat QS. Ali Imran ayat 185)
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. 
“Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?”. Murid -muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah “masa lalu”. Bagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga.
 “Apa yang paling besar di dunia ini?”. Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah “nafsu” (Al A’Raf 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ [٧:١٧٩]
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

Pertanyaan keempat adalah, “Apa yang paling berat di dunia ini?”. Ada yang menjawab dengan jawaban, baja, besi, dan gajah. “Semua jawaban hampir benar,” kata Imam Ghozali, “tapi yang paling berat adalah “memegang AMANAH” sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzab ayat 72.
إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ ۖ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا [٣٣:٧٢]
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh,

Pertanyaan yang kelima adalah, “Apa yang paling ringan di dunia ini?”. Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan sholat. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan solat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat.
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا [١٩:٥٩]
Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan,(Maryam 9)

Lantas pertanyaan ke enam adalah, “Apakah yang paling tajam di dunia ini?”. Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang… Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah “lidah manusia”. Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Jumat, 03 Juni 2016

CARA SUJUD YANG BENAR DALAM SHALAT

CARA SUJUD YANG BENAR DALAM SHALAT

   أ‌-  وَضْعُ رُكْبَتَيْكَ وَاَطْرَافَ قَدَمَيكَ عَلَى الاَرْضِ ثُمَّ يَدَيكَ ثُمَّ جَبْهَتَكَ وَاَنْفَكَ
Letakkanlah kedua lututmu dan jari kaki‑mu di atas tanah, lalu kedua tanganmu, kemudian dahi  dan hidungmu

     ب‌-    لِخَبَرِ ابْنِ عَبَّاسٍ رض قَالَ: قَالَ رَسُولِ اللهِ صلعم: اُمِرْتُ اَنْ اَسْجُدَ عَلَى سَبْعَةِ اَعْظُمٍ عَلَى الجَبْهَةِ-وَاَشَارَ بِيَدِهِ اِلَى اَنْفِهِ-وَاليَدَينِ وَالرُّكْبَتَينِ وَاَطْرَافِ القَدَمَينِ. (مُتَّفَقٌ عَلَيهِ).  حَدِيْثِ وَائِلِ بْنِ حُجْرٍ قَالَ: رَاَيتُ رَسُولِ اللهِ صلعم اِذَا سَجَدَ وَوَضَعَ رُكْبَتَيهِ قَبْلَ يَدَيهِ وَ اِذَا نَهَضَ رَفَعَ يَدَيهِ قَبْلَ رُكْبَتَيهِ. (رواه لخمسة اَلاَّ أَحْمَدُ كَمَا فِى نَيلِ الاَوطَارِ).  وَحَدِيْثِ اَبِى هُرَيرَةَ رض قَالَ: قَالَ رَسُولِ اللهِ صلعم: اِذَا اَحَدُكُمْ فَلاَ يَبْرُكْ كَمَا يَبْرُكُ البَعِيرُ يَضَعُ يَدَيهِ قَبْلَ رُكْبَتَيهِ. (قَالَهُ فِى تَيْسِيرِ الوُصُولِ).

Menurut hadits dari Ibnu ‘Abbas yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. Bersabda :”Aku diperintah supaya bersujud di atas tujuh tulang dahi– seraya menunjuk pada hidungnya di atas dua belah tangan, kedua lutut dan di kaki." (Muttafaq 'alaih)‑ Ada lagi hadits dari Wail bin Hadjur, katanya: "Aku‑melihat Rasulul­lah saw. bila bersujud meletakkan kedua lutut sebelum kedua tangannya dan kalau berdiri mengangkat kedua tangannya sebelum kedua, lututnya". (Diriwayatkan oleh Lima Imam kecuali Ahmad, sebagaimana yang terse­but dalam kitab Nailul Authar). Dan menurut hadits; dari.Abu Hurairah r.a. yang mengatakan, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Kalau salah seorang dari padamu bersujud, maka, janganlah berdekam sebagai unta. berde­kam, ialah meletakkan tangannya sebelum lututnya". (Tersebut dalam kitab Taisirul‑Wushul).

     ت‌-    وَفِيهِ اَيضًا عَنِ البَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُولِ اللهِ صلعم: اِذَا سَجَدَتْ فَضَعْ كَفَّيكَ وَارْفَعْ مِرْفَقَيْكَ.
Dan hadits dari Bara' bin 'Azib dalam Shahih Muslim juga, bahwa Rasulullah saw. bersabda: "Bila kamu bersujud, letakkan­lah kedua belah telapak tanganmu dan angkatlah kedua sikumu".

Banjarnegara,23 Rabiul awal 1439

TAKBIR DAN BERSEDEKAP PADA SHALAT

TAKBIR DAN BERSEDEKAP PADA SHALAT

  1. اِذَا قُمْتَ اِلَى الصَّلاَةِ فَقُلْ: "اللهُ اّكْبَرُ"
Bila kamu, hendak menjalankan shalat, maka bacalah: “Allahu Akbar"
Dasarnya:
لِحَدِيْثِ اَبِى دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِىِِّ بِاِسْنَادٍ صَحِيحٍ: مِفْتَاحُ الصَّلاَةِ الوُضُوءُ وَتَحْرِيمُهَا التَّكْبِيْرُ وَتَحْلِيْلُهَا التَّسْلِيمُ. وَحَدِيْثُ ابْنِ مَاجَه وَصَحَّحَهُ ابْنِ خُزَيْمَةَ وَابْنِ حِبَّانَ مِنْ حَدِيْثِ حُمَيْدِ السَّاعِدِىِّ قَالَ: كَانَ رَسُولُ الله صلعم اِذَا قَامَ اِلَى الصَّلاَةِ وَاسْتَقْبَلَ القِبْلَةَ وَرَفَعَ يَدَيْهِ وَقَالَ: "اللهُ اَكْبَرُ". وَلِحَدِيْثِ: اّضَا قُمْتُ اِلَى الصَّلاَةِ فَكَبِّرْ. الحَدِيْثُ. (مُتَّفَقٌ عَلَيهِ)
Menurut hadits shahih yang ada perbedaan diriwayatkan oleh Abu Dawud dan wanita dan Tirmidzi: "Kunci (pembuka) shalat  itu wudlu, permulaannya takbir dan penghabisannya salam". Dan hadits shahih dari Ibnu Madjah Yang dishahihkan oleh Ibbnu Khuzaimah dan Ibnu Hiban dari hadits Abi Humaid Sa'idi bahwa Rasulullah, jika shalat ia menghadap ke Qiblat dan mengangkat kedua belah tangannya dengan membaca "Allahu Akbar". Dan menurut hadits: "Bila kamu menjalankan shalat, takbirlah……..seterusnya hadits. (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

  1. مُخْلِصًا نِيَّتَكَ للهِ
Ikhlas niyatmu karena Allah
لِقَوْلِهِ تَعَالَى: وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ. وَلِحَدِيْثِ: اِنَّمَا الاَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ. الحَدِيْثِ. (مُتَّفَقٌ عَلَيهِ)
firman Allah: 'Dan tidaklah mereka diperintah melainkan supaya menyembah kepada Allah dengan lkhlas kepadaNya dalam menjalankan Agama". (Bayyinah: 6). Dan menurut hadits: "Sesungguhnya (shahnya) amal Itu tergantung kepada niyat (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).

  1. رَافِعًا يَدَيكَ حَذْوَ مَنْكِبَيْكَ مُحَاذِيًا بِاِبْهَامَيْكَ اُذُنَيْكَ
Mengangkat kedua belah tanganmu sejurus bahumu, mensejajarkan ibu jarimu pada daun telingamu
لِحَدِيْثِ ابْنِ عُمَرَ رض اَنَّ النَّبِىِّ صلعم كَانَ يَرْفَعُ يَدَيهِ حَذْوَ مَنْكِبَيْهِ اِذَا افْتَتَحَ الصًّلاَةَ وَاِذَا كَبَّرَ لِلرُّكُوعِ وَاِذَا رَفَعَ رَاْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ رَفَعَهُمَا كَذَالِكَ وَقَالَ "سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا لَكَ الحَمْدُ" وَكَانَ لاَ يَفْعَلُ ذَالِكَ فِى السُّجُودِ. (مُتَّفَقٌ عَلَيهِ). وَ فِى صَحِيحِ مُسْلِمٍ عَنْ مَالِكِ ابْنِ الحُوَيرِثِ اَنَّ رَسُولُ الله صلعم كَانَ اِذَا كَبَّرَ رَفَعَ يَدَيهِ حَتَّى يُحَاذِىَ بِهِمَا اُذُنَيْهِ وَاِذَا رَفَعَ رَاْسَهُ مِنَ الرُّكُوعِ فَقَالَ: (سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ) فَعَلَ مِثْلَ ذَالِكَ,-وَفِى رِوَايَةِ اُخْرَىعَنْ وَائِلٍ عِنْدَ اَبِى دَاوُدَ بِلَفْظِ: حَتَّى كَانَتَا حِيَالَ مَنْكِبَيهِ وَحَاذَ بِاِبْهَامَيهِ اُذُنَهُ (قَالَهُ فِى الفَتْحِ ج2ص150)
Menurut haditts 1bnu 'Umar bahwa Nabi saw., mengangkat kedua tangannya selurus bahunya bila ia memulai shalat, bila takbir, hendak ruku' dan bila mengangkat kepalanya dari ruku'. ia mengangkat kedua tangannya Juga dengan mengucapkan: "Sa-mi 'alla‑hu liman hamidah rabbana‑ wa lakalhamd", dan tidak menjalankan demikian itu dalam (hendak) sujud. (Diriwayatkan oleh Bukhari Muslim). Tersebut dalam Shahih Muslim dari Malik bin Huwarits, bahwa Rasulullah saw, apabila takbir ia mengangkat kedua tangannya sampai sejajar pada telinganya, begitu juga bila hendak rukuk'; dan bila mengangkat kepalanya dari ruku' lalu mengucapkan: "Sami’allahu liman hamidah", ia mengerjakan demikian juga. Dan dalam hadits riwayat Abu Dawud dari Wail dengan kalimat: "Sehingga kedua tangannya itu selempang dengan bahunya serta ibu jarinya sejajar dengan telinganya". (Tersebut dalam kitab Fath juz 11 halaman 150)

  1. ثُمَّ ضَعْ يَدَكَ اليُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّكَ اليُسْرَى عَلَى صَدْرَكَ
Ialu letakkanlah tangan kananmu pada punggung telapak tangan kirimu di atas dadamu
لِحَدِيْثِ وَائِلٍ قَالَ: صَلَّيتُ مَعَ رَسُولُ الله صلعم وَوَضَعَ يَدَهُ اليُمْنَى عَلَى يَدَهِ اليُسْرَى عَلَى صَدْرِهِ. رَوَاهُ ابْنُ خُزَيمَةَ فِى صَحِيحِهِ. وَ فِى حَدِيْثِ وَائِلٍ عِنْدَ اَبِى دَاوُدَ وَالنَّسائِىِّ: ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ اليُمْنَى عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ اليُسْرَى, وَالرُّسْغِ وَالسَّاعِدِ, وَصَحَّحَهُ اِبْنُ خُزَيمَةَ وَغَيْرُهُ وَاَصْلُهُ فِى صَحِيحِ مُسْلِمٍ بِدُونِ الزِّيَادَةِ قَالَهُ فِى الفَتْحِ (ج2ص152). وَفِى البُخَارِىِّ عَنْ سَهْلِ ابْنُ سَعْدٍ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يُؤْمَرُونَ اَنْ يَضَعَ الرَّجُلُ يَدَهُ اليُمْنَى عَلَى ذِرَاعِهِ.
Menilik hadits shahih dari Wail yang berkata: "Saya shalat bersama Rasulullah saw. dan beliau meletakkan tangan kanannya pada, tangan kirinya di atas dadanya. (Diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan dishahihkan­nya). Dan hadits dari Wail juga menurut riwayat Abu Dawud dan Nasai: "Lalu beliau meletakkan tangan kanannya pada punggung telapak‑tangan kirinya, serta per­gelangan dan lengannya. (Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan lainnya, sedang asalnya dalam Shahih Muslim, dengan tidak ada tambahannya, se­bagaimana yang tersebut dalam kitab Fath juz 11 halaman 152). Dan tersebut dalam Bukhari dari Sahl bin Sa'ad yang berkata: "bahwa orang‑orang diperintah supaya meletakkan tangan‑kanannya pada lengannya.