Menantikan Malam 1000 Bulan
Mengenai
pengertian lailatul qadar, para ulama ada beberapa versi pendapat. Ada yang
mengatakan bahwa malam lailatul qadr adalah malam kemuliaan. Ada pula yang
mengatakan bahwa lailatul qadar adalah malam yang penuh sesak karena ketika itu
banyak malaikat turun ke dunia. Ada pula yang mengatakan bahwa malam tersebut
adalah malam penetapan takdir. Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa
lailatul qadar dinamakan demikian karena pada malam tersebut turun kitab yang
mulia, turun rahmat dan turun malaikat yang mulia. Semua makna lailatul qadar
yang sudah disebutkan ini adalah benar.
Keutamaan
Lailatul Qadar
Pertama,
lailatul qadar adalah malam yang penuh keberkahan (bertambahnya kebaikan).
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ , فِيهَا
يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
“Sesungguhnya
Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala
urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan: 3-4).
Malam
yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar sebagaimana
ditafsirkan pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya
Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.”
(QS. Al Qadar: 1)
Keberkahan
dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya,
لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ , تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ
فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ , سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ
الْفَجْر
“Malam
kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun
malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala
urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”
(QS. Al Qadar: 3-5).
Sebagaimana
kata Abu Hurairah, malaikat akan turun pada malam lailatul qadar dengan jumlah
tak terhingga. Malaikat akan turun
membawa kebaikan dan keberkahan sampai terbitnya waktu fajar.
Kedua,
lailatul qadar lebih baik dari 1000 bulan. An Nakho’i mengatakan, “Amalan di
lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan.” Mujahid,
Qotadah dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik
dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari
shalat dan puasa di 1000 bulan yang tidak terdapat lailatul qadar.]
Ketiga,
menghidupkan malam lailatul qadar dengan shalat akan mendapatkan pengampunan
dosa. Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala
dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Kapan
Lailatul Qadar Terjadi?
Lailatul
Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا
لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
Terjadinya
lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada
malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
تَحَرَّوْا
لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah
lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.”
Lalu
kapan tanggal pasti lailatul qadar terjadi? Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah telah
menyebutkan empat puluhan pendapat ulama dalam masalah ini. Namun pendapat yang
paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan oleh beliau
adalah lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir
bulan Ramadhan dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun. Mungkin pada
tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau mungkin juga pada
tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima, itu semua tergantung
kehendak dan hikmah Allah Ta’ala.
Hal
ini dikuatkan oleh sabda Rasulullahshallallahu ‘alaihi
wa sallam,
الْتَمِسُوهَا
فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ
تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah
lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan,
tujuh, dan lima malam yang tersisa.”
Para
ulama mengatakan bahwa hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tanggal pasti
terjadinya lailatul qadar adalah agar orang bersemangat untuk mencarinya. Hal
ini berbeda jika lailatul qadar sudah ditentukan tanggal pastinya, justru nanti
malah orang-orang akan bermalas-malasan.
Do’a
di Malam Qadar
Sangat
dianjurkan untuk memperbanyak do’a pada lailatul qadar, lebih-lebih do’a yang
dianjurkan oleh suri tauladan kita –Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam– sebagaimana terdapat dalam hadits
dari Aisyah. Beliau radhiyallahu ‘anha berkata,
قُلْتُ
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ
مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ « قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ
فَاعْفُ عَنِّى
”Katakan
padaku wahai Rasulullah, apa pendapatmu, jika aku mengetahui suatu malam adalah
lailatul qadar. Apa yang aku katakan di dalamnya?” Beliau menjawab,”Katakanlah:
‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anni’
(Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf,
maafkanlah aku).”
Tanda
Malam Qadar
Pertama,
udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْلَةُ
القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ
الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul
qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga
tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan
nampak kemerah-merahan.”
Kedua,
malaikat turun dengan membawa ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan
tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah yang tidak didapatkan pada
hari-hari yang lain.
Ketiga,
manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada
sebagian sahabat.
Keempat,
matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar.
Dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata,
هِىَ
اللَّيْلَةُ الَّتِى أَمَرَنَا بِهَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-
بِقِيَامِهَا هِىَ لَيْلَةُ صَبِيحَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ وَأَمَارَتُهَا أَنْ
تَطْلُعَ الشَّمْسُ فِى صَبِيحَةِ يَوْمِهَا بَيْضَاءَ لاَ شُعَاعَ لَهَا.
“Malam
itu adalah malam yang cerah yaitu malam ke dua puluh tujuh (dari bulan
Ramadlan). Dan tanda-tandanya ialah, pada pagi harinya matahari terbit berwarna
putih tanpa sinar yang menyorot.
Bagaimana
Seorang Muslim Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?
Lailatul
qadar adalah malam yang penuh berkah. Barangsiapa yang terluput dari lailatul
qadar, maka dia telah terluput dari seluruh kebaikan. Sungguh merugi seseorang
yang luput dari malam tersebut. Seharusnya setiap muslim mengecamkan baik-baik
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
فِيهِ
لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ
حُرِمَ
“Di
bulan Ramadhan ini terdapat lailatul qadar yang lebih baik dari 1000 bulan.
Barangsiapa diharamkan dari memperoleh kebaikan di dalamnya, maka dia akan
luput dari seluruh kebaikan.”
Oleh karena itu, sudah sepantasnya seorang
muslim lebih giat beribadah ketika itu dengan dasar iman dan tamak akan pahala
melimpah di sisi Allah. Seharusnya dia dapat mencontoh Nabinya yang giat ibadah
pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. ‘Aisyah menceritakan,
كَانَ
رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَجْتَهِدُ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مَا
لاَ يَجْتَهِدُ فِى غَيْرِهِ.
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari
terakhir bulan Ramadhan melebihi kesungguhan beliau di waktu yang lainnya.”
Seharusnya
setiap muslim dapat memperbanyak ibadahnya ketika itu, menjauhi istri-istrinya
dari berjima’ dan membangunkan keluarga untuk melakukan ketaatan pada malam
tersebut. ‘Aisyah mengatakan,
كَانَ
النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ ،
وَأَحْيَا لَيْلَهُ ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Apabila
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memasuki sepuluh hari terakhir (bulan
Ramadhan), beliau mengencangkan sarungnya (untuk menjauhi para istri beliau
dari berjima’, menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya.”
Sufyan
Ats Tsauri mengatakan, “Aku sangat senang jika memasuki sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan untuk bertahajud di malam hari dan giat ibadah pada malam-malam
tersebut.” Sufyan pun mengajak keluarga dan anak-anaknya untuk melaksanakan
shalat jika mereka mampu.
Adapun yang dimaksudkan dengan menghidupkan
malam lailatul qadar adalah menghidupkan mayoritas malam dengan ibadah dan
tidak mesti seluruh malam. Bahkan Imam Asy Syafi’i dalam pendapat yang dulu
mengatakan, “Barangsiapa yang mengerjakan shalat Isya’ dan shalat Shubuh di
malam qadar, maka ia berarti telah dinilai menghidupkan malam tersebut”.
Menghidupkan
malam lailatul qadar pun bukan hanya dengan shalat, bisa pula dengan dzikir dan
tilawah Al Qur’an.
Namun
amalan shalat lebih utama dari amalan lainnya di malam lailatul qadar
berdasarkan hadits, “Barangsiapa melaksanakan shalat pada
malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka
dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
Bagaimana
Wanita Haidh Menghidupkan Malam Lailatul Qadar?
Juwaibir
pernah mengatakan bahwa dia pernah bertanya pada Adh Dhohak, “Bagaimana
pendapatmu dengan wanita nifas, haidh, musafir dan orang yang tidur (namun
hatinya dalam keadaan berdzikir), apakah mereka bisa mendapatkan bagian dari
lailatul qadar?” Adh Dhohak pun menjawab, “Iya, mereka tetap bisa mendapatkan
bagian. Siapa saja yang Allah terima amalannya, dia akan mendapatkan bagian
malam tersebut.”
Dari
riwayat ini menunjukkan bahwa wanita haidh, nifas dan musafir tetap bisa
mendapatkan bagian lailatul qadar. Namun karena wanita haidh dan nifas tidak
boleh melaksanakan shalat ketika kondisi seperti itu, maka dia boleh melakukan
amalan ketaatan lainnya. Yang dapat wanita haidh lakukan ketika itu adalah,
2. Berdzikir dengan memperbanyak bacaan
tasbih (subhanallah), tahlil (laa ilaha illallah), tahmid (alhamdulillah) dan
dzikir lainnya.
3. Memperbanyak istighfar.
4. Memperbanyak do’a.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar