BID’AH
قَالَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ. رواه البخاري ومسلم وفي رواية لمسلم : مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Rasulullah shallallahu`alaihi wa sallam bersabda: Siapa yang mengada-ada
dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya, maka dia tertolak. [HR. Bukhari dan
Muslim, dalam riwayat Muslim disebutkan: siapa yang melakukan suatu perbuatan
(ibadah) yang bukan urusan (agama) kami, maka dia tertolak]
Segala puji hanya bagi Allah, yang telah
menyempurnakan agama-Nya bagi kita, dan mencukupkan ni’mat-Nya kepada kita,
semoga shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad, pengajak ke pintu taubat dan pembawa rahmat.
Sesungguhnya Allah berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإسْلامَ دِينًا
“Pada hari ini telah
Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nu’mat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam sebagai agama bagimu.” (QS. Al Maidah: 3).
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ
الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ وَلَوْلا كَلِمَةُ
الْفَصْلِ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّ الظَّالِمِينَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Apakah mereka mempunyai
sesembahan-sesembahan selain Allah yang
mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diridhai Allah? sekiranya tak ada
ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan
sesungguhnya orang-orang yang dzalim itu akan memperoleh azab yang pedih.” (QS. As syura: 21).
Dari Aisyah berkata: bahwa Rasulullah bersabda:
مَنْ أَحْـدَثَ فِيْ أَمْـرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْـهُ فَهُـوَ رَدٌّ
“Barangsiapa yang
mengada-adakan sesuatu perbuatan (dalam agama) yang sebelumnya tidak pernah
ada, maka hal itu tidak akan diterima.”
Dan dalam riwayat imam
Muslim, Rasulullah bersabda:
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa mengerjakan suatu
perbuatan yang belum pernah kami perintahkan, maka hal itu tertolak."
Dalam Shahih Muslim dari Jabir radhiallahuanhu
ia berkata: bahwa Rasulullah bersabda dalam salah satu khutbah Jum’at nya:
أَمَّا بَعْدُ، فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ،
وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ
الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Amma ba’du: sesungguhnya
sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah (Al Qur’an), dan sebaik-baik petunjuk
adalah petunjuk Muhammad, dan sejelek-jelek perbuatan (dalam agama) adalah yang
diada-adakan, dan setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Muslim).
Masih banyak hadits yang semakna dengan hadits
ini, semuanya menunjukkan dengan jelas, bahwasanya Allah telah menyempurnakan
untuk umat ini agamanya, Dia telah mencukupkan ni’mat-Nya bagi mereka, Dia
tidak akan mewafatkan Nabi Muhammad kecuali setelah beliau menyelesaikan tugas
penyampaian risalah kepada umatnya, dan menjelaskan kepada mereka seluruh
syariat Allah, baik melalui ucapan maupun perbuatan.
Beliau menjelaskan bahwa segala sesuatu yang
akan diada-adakan oleh sekelompok manusia sepeninggalnya dan dinisbatkan kepada
ajaran Islam baik berupa ucapan maupun perbuatan, semuanya itu bid’ah yang
ditolak, meskipun niatnya baik.
Para sahabat dan para ulama mengetahui hal ini,
maka mereka mengingkari perbuatan-perbuatan bid’ah dan memperingatkan kita
darinya,
Rasulullah pernah bersabda:
مَنْ قَالَ عَلَيَّ مَا لَمْ أَقُلْ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa yang mengatakan
sesuatu hal (yang dinisbatkan kepada saya) yang saya sendiri tidak pernah
mengatakannya maka hendaklah ia bersiap untuk menduduki tempatnya di neraka”.
Pendusta itu telah mengatakan
wasiat itu dari Rasulullah, sedangkan beliau tidak pernah mengatakannya,
berarti ia telah berdusta atas nama Rasulullah dan atas dirinya sendiri,
bagaimana ia akan bebas dari azab Allah yang sangat pedih itu, jika ia tidak
cepat-cepat bertaubat kepada Allah, dan memberitahukan kepada khayalak ramai
bahwa ia telah mendakwakan dengan kebohongan wasiat itu atas diri Rasulullah,
sebab orang yang telah menyebarkan kebatilan di antara manusia tidak akan
diterima taubatnya kecuali dengan mengumumkannya, sehingga diketahui oleh
mereka bahwa ia telah kembali kepada jalan yang lurus.
Allah berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ
وَالْهُدَى مِن بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ
أُولَـئِكَ يَلعَنُهُمُ اللّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ.إِلاَّ الَّذِينَ تَابُواْ وَأَصْلَحُواْ
وَبَيَّنُواْ فَأُوْلَـئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ.
“Sesungguhnya orang-orang
yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan, berupa keterangan-keterangan
(yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al
Kitab, mereka itu dilaknat Allah dan dilaknat (pula) oleh semua (makhluk) yang
dapat melaknat, kecuali mereka yang telah bertaubat dan mengadakan perbaikan
dan menerangkan (kebaikan), maka terhadap merekalah Aku (Allah) menerima
taubatnya dan Akulah penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Baqarah:
159-160).
Dalam ayat di atas, Allah
telah menjelaskan barangsiapa yang menyembunyikan suatu kebenaran, maka
taubatnya tidak akan diterima, kecuali jika ia mengadakan perbaikan dan
menjelaskan kebenaran tersebut
فَلْيَحْذَرِ
الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ [٢٤:٦٣]
“Maka hendaklah
orang-orang yang menyalahi urusannya (Nabi) takut akan ditimpa fitnah atau
ditimpa azab yang pedih.”. (QS. An-Nur: 63)
فَمَنْ أَحْدَثَ حَدَثًا أَوْ آوَى
مُحْدِثًا فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
لَا يُقْبَلُ مِنْهُ عَدْلٌ وَلَا صَرْفٌ
“Barangsiapa yang memunculkan/mengamalkan bid’ah atau melindungi pelaku
bid’ah, maka atasnya laknat Allah, para malaikat dan seluruh manusia, tidak
akan diterima dari tebusan dan tidak pula pemalingan”. (HSR.
Bukhary-Muslim dari ‘Ali dan HSR. Muslim dari Anas bin Malik)
إِنَّ اللهَ احْتَجَزَ التَّوْبَةَ عَنْ
كُلِّ صَاحِبِ بِدْعَةٍ حَتَّى يَدَعَهَا
“Sesungguhnya Allah mengahalangi taubat dari setiap
pelaku bid’ah sampai dia meninggalkan bid’ahnya”. (HR. Ath-Thobarony dan
Ibnu Abi ‘Ashim dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam Ash-Shohihah no.
1620)
وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ
عَلَيْهِ مِنْ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لَا يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ
آثَامِهِمْ شَيْئًا
“Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka atasnya dosa seperti
dosa-dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dari dosa mereka sedikitpun”.
(HSR. Muslim dari Abu Hurairah)
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ
وَلَيُرْفَعَنَّ مَعِي رِجَالٌ مِنْكُمْ ثُمَّ لَيُخْتَلَجُنَّ دُونِي فَأَقُولُ
يَا رَبِّ أَصْحَابِي فَيُقَالُ إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Saya menunggu kalian di telagaku, akan didatangkan
sekelompok orang dari kalian kemudian mereka akan diusir dariku, maka sayapun
berkata : “Wahai Tuhanku, (mereka adalah) para shahabatku”, maka dikatakan
kepadaku : “Engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan setelah
kematianmu”. (HSR. Bukhary-Muslim dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu)
اَلْإِقْتِصَادُ فِي
السُّنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الْإِجْتِهَادِ فِي الْبِدْعَةِ
“Sederhana dalam
melakukan sunnah lebih baik daripada bersungguh-ungguh dalam melaksanakan
bid’ah”. (Riwayat Ad-Darimiy)
اِتَّبِعُوْا وَلاَ
تَبْتَدِعُوْا فَقَدْ كُفِيْتُمْ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ
“Ittiba’lah
kalian dan jangan kalian berbuat bid’ah karena sesungguhnya kalian telah
dicukupi, dan setiap bid’ah adalah kesesatan”. (Riwayat Ad-Darimy no.
211 dan dishohihkan oleh Syaikh Al-Albany dalam ta’liq beliau terhadap Kitabul
‘Ilmi karya Ibnul Qoyyim)
فَإِيَّاكُمْ وَمَا
يُبْتَدَعُ, فَإِنَّ مَا ابْتُدِعَ ضَلاَلَةٌ
Maka
waspadalah kalian dari sesuatu yang diada-adakan, karena sesungguhnya apa-apa
yang diada-adakan adalah kesesatan”. (Riwayat Abu Daud
no. 4611)
عَلَيْكَ بِتَقْوَى
اللهِ وَالْإِسْتِقَامَةِ, وَاتَّبِعْ وَلاَ تَبْتَدِعْ
“Wajib atasmu untuk bertaqwa kepada Allah dan beristiqomah, ittiba’lah dan
jangan berbuat bid’ah”. (Riwayat Ad-Darimy no. 141)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar