SHALAT TARAWIH 4 RAKAAT SALAM, APA 2 REKAAT
SALAM
Sebab-sebab
perbedaan pendapat ulama tentang pemahaman
hadits shalat Tarwih, antara lain sebagai berikut:
1. Karena perbedaan makna
lafadz
2. Karena masalah pemahaman
hadis (nash)
3. Karena berbenturan suatu
dalil dengan pegangan pokok antara seorang dengan lainnya.
4. Masalah Ta‘arudl dan
Tarjih
5. Perbedaan pandang
terhadap dalil yang dipandang sahih oleh sebahagian ahli dan tidak sahih
menurut sebahagian lainnya.
Kemudian
berikut ini kami sebutkan lebih dahulu beberapa hadis yang berhubungan dengan
shalat malam (qiyamul-lail/qiyamu Ramadan), terjemahnya, serta
penjelasanpenjelasannya, sebelum sampai pada kesimpulannya.
1. Hadis Nabi saw riwayat
al-Bukhari dari Aisyah r.a.
قَالَتْ عَائِشَةُ كَانَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِيمَا بَيْنَ أَنْ يَفْرَغَ مِنْ
صَلاَةِ اْلعِشَاءِ وَهِيَ الَّتِي يَدْعُو النَّاسُ اْلعَتَمَةَ إِلَى اْلفَجْرِ
اِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً يُسَلِّمُ مَا بَيْنَ كُلِّ
رَكْعَتَيْنِ وَيُوتِرُ بِوَاحِدَةٍ. [رواه
مسلم]
Artinya: “Aisyah r.a. berkata:
Pernah Rasulullah saw shalat pada waktu antara Isya’, dan Subuh, - yang dikenal
orang dengan istilah ‘atamah”, sebanyak sebelas raka’at, yaitu beliau salam
pada tiap-tiap dua rakaat, dan beliau shalat witir satu raka’at.” [HR. Muslim]
2. Hadis Nabi saw riwayat
al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a.
قَالَتْ عَائِشَةُ كَانَ رَسُولُ
اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي مِنْ اللَّيْلِ ثَلاَثََ عَشْرَةَ
رَكْعَةً يُوتِرُ مِنْ ذَلِكَ
بِخَمْسٍ وَلاَ يَجْلِسُ فِي شَيْئٍ مِنْهُنَّ إِلاَّ فِي آخِرِهِنَّ. [رواه
البخاري ومسلم]
Artinya: “Aisyah r.a. berkata:
Pernah Rasulullah saw shalat malam tiga belas raka’at, beliau berwitir lima
raka’at dan beliau tidak duduk antara raka’at-raka’at itu melainkan pada
akhirnya.” [HR. al-Bukhari dan
Muslim]
3. Hadis Nabi saw riwayat
al-Bukhari dan Muslim dari Aisyah r.a.
عَنْ عَائِشَةَ حِيْنَ
سُئِلَتْ عَنْ صَلاَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي
رَمَضَانَ قَالَتْ مَا كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَزِيدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ فِي غَيْرِهِ عَلَى إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً
يُصَلِّي أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي
أَرْبَعًا فَلاَ تَسْأَلْ عَنْ حُسْنِهِنَّ وَطُولِهِنَّ ثُمَّ يُصَلِّي ثَلاَثاً [رواه
البخاري ومسلم].
Artinya: “Diriwayatkan dari
‘Aisyah, ketika ia ditanya mengenai shalat Rasulullah saw di bulan Ramadhan.
Aisyah menjawab: Nabi saw tidak pernah melakukan shalat sunnat di bulan
Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau shalat empat
rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana bagus dan indahnya. Kemudian beliau
shalat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan
panjangnya. Kemudian beliau shalat tiga rakaat.” [HR. al-Bukhari dan
Muslim]
Penjelasan:
Hadis
no. 1,
menunjukkan bahwa Nabi saw pernah melakukan shalat malam dengan kaifiyah dua raka’at lima kali
salam dan witir satu raka’at. Hadis no. 2, menunjukkan bahwa Nabi saw
shalat delapan raka’at, tetapi tidak diterangkan berapa kali salam. Adapun
hadis no. 3, menunjukkan bahwa Nabi saw shalat malam di bulan Ramadhan
delapan raka’at dengan dua kali salam, artinya tiap empat raka’at sekali salam,
kemudian dilanjutkan shalat witir tiga raka’at dan salam.
Mungkin
timbul pertanyaan, dari mana kita memperoleh pengertian sesudah shalat empat
raka’at lalu salam? Pertanyaan tersebut dapat dijawab sebagai berikut:
Pertama dari perkataanكَيْفَ (bagaimana) yang
menunjukkan bahwa yang ditanya tentang kaifiyah shalat qiyamu Ramadlan disamping juga
menerangkan jumlah raka’atnya.
Kedua, kaifiyah itu diperoleh
dari lafadz يُصَلِّي أَرْبَعًا . Lafadz itu mengandung
makna bersambung (الوصل) secara
dzahir (ظاهر);
yakni menyambung empat raka’at dengan sekali salam, dan bisa mengandung makna
bercerai (الفصل);
yakni menceraikan atau memisahkan dua raka’at salam – dua raka’at salam. Namun
makna bersambung itu yang lebih nyata dan makna bercerai jauh dari yang
dimaksud (بَعِيْدٌ مِنَ اْلمُرَادِ). Demikian ditegaskan oleh Imam ash-Shan’ani dalam kitab Subulus-Salam (Juz 2: 13).
Hadis
Aisyah ini menerangkan dalam satu kaifiyah shalat malam Nabi saw, disamping
kaifiyah yang lainnya. Hadis Aisyah ini harus diamalkan secara utuh baik
raka’at dan kaifiyahnya. Hadis Aisyah ini tidak ditakhshish oleh hadis صَلاَةُ
اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى (shalat malam harus dua raka’at, dua raka’at), dan hadis
tersebut tidak mengandung pengertian “Hashar” seperti dikatakan oleh Muhammad
bin Nashar. Imam an-Nawawi dalam syarah Muslim mengatakan, shalat malam dengan
empat raka’at boleh sekali salam (تسلمة ولحدة) dengan ungkapan beliau وهذا
ليبان الجواز (salam sesudah empat
raka’at menerangkan hukum boleh (jawaz)). Perkataan an-Nawawi tersebut
dikomentari oleh Nashiruddin al-Albaniy dalam bukunya “صلاة
التراويح” sebagai berikut:
وَصَدَقَ رَحِمَهُ اللهُ
فَقَوْلَ الشَّافِعِيَّةُ: "يَجِبُ أَنْ يُسَلِّمَ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ
فَإِذَا صَلاَّهَا بِسَلاَمٍ وَاحِدٍ لَمْ تَصِحُّ"، كَمَا فِي اْلفِقْهِ
عَلَي اْلمَذَاهِبِ اْلأَرْبَعَةِ وَشَرْحِ اْلقَسْطَلاَنِي عَلَي اْلبُخَارِي
وَغَيْرِهَا خِلاَفُ هَذَا اْلحَدِيْثِ الصَّحِيْحِ وَمَنَافٌ لَقَوْلِ النَّوَوِي
بِاْلجَوَازِ وَهُوَ مِنْ كِبَارِ اْلعُلَمَاءِ اْلمُحَقِّقِيْنَ فِي اْلمَذْهَبِ
الشَّافِعِي فَلاَ عَذْرَ لِأَحَدٍ يُفْتِي بِخَلاَفِهِ. [صلاة
التراويح، ص: 17-18]
Artinya: “Dan sungguh benar ucapan
Imam an-Nawawi rahimahullah itu, maka mengenai pendapat ulama-ulama Syafi’iyyah
bahwa wajib salam tiap dua raka’at dan bila shalat empat raka’at dengan satu
salam tidak sah, sebagaimana terdapat dalam kitab fiqih mazhab empat itu dan
uraian al-Qasthallani terhadap hadis al-Bukhari dan lainnya, hal itu menyalahi
hadis (Aisyah) yang shahih itu serta menafikan terhadap ucapan (pendapat)
an-Nawawi yang mengatakan hukum boleh (jawaz) itu. Padahal an-Nawawi salah
seorang ulama besar ahli tahqiq dalam mazhab Syafi’i, hal itu tidak bisa
ditolerir (dibenarkan) bagi siapapun juga berfatwa menyalahi ucapan beliau
itu.”[Shalatut-Tarawih,
hal 17-18]
Sebagaimana
diketahui hadis Aisyah itu yang diriwayatkan al-Bukhari dan Muslim sangat kuat
(rajih) dibanding dengan hadis-hadis lainnya tentang qiyamu Ramadlan.
Sehubungan hal itu Ibnu al-Qayyim al-Jauzi menulis di dalam kitab Zadul Ma’ad:
وَإِذَا اخْتَلَفَ ابْنُ
عَبَّاسٍ وَعَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا فَي شَيْئٍ مِنْ أَمْرِ قِيَامِهِ
بِاللَّيْلِ، فَاْلقَوْلُ مَا قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا – حَفِظَتْ
مَا لَمْ يَحْفَظِ ابْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، وَهُوَ اْلأَظْهَرُ لِمُلاَزَمَتِهَا
لَهُ وَلِمَرْعَاتِهَا ذَلِكَ، وَلِكَوْنِهَا أَعْلَمُ اْلخُلُقِ بِقِيَامِهِ
بِاللَّيْلِ، وَابْنُ عَبَّاسٍ إِنَّمَا شَاهِدُهُ لَيْلَةَ اْلمَبِيتِ عِنْدَ
خَالَتِهَا (مَيْمُونَةٌ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا). [زاد
المعاد: 1: 244]
Artinya: “Dan apabila berbeda
riwayat lbnu Abbas dengan riwayat Aisyah dalam sesuatu hal menyangkut shalat
malam Nabi saw, maka riwayat yang dipegang adalah riwayat Aisyah r.a. Beliau
lebih tahu apa yang tidak diketahui Ibnu Abbas, itulah yang jelas, karena
Aisyah selalu mengikuti dan memperhatikan hal itu, Aisyah orang yang lebih
mengerti tentang shalat malam Nabi saw, sedangkan Ibnu Abbas hanya
menyaksikannya ketika bermalam di rumah bibinya (Maimunnah r.a.). [Zadul Ma’ad, 1:
244]
Diinformasikan
oleh Imam asy-Syaukani, bahwa kebanyakan ulama mengatakan, shalat tarawih dua
raka’at satu salam hanya sekedar menunjukkan segi afdlal (utama) saja, bukan
memberi faedah Hashar (wajib), karena ada
riwayat yang sahih dari Nabi saw, bahwa beliau melakukan shalat malam empat
raka’at dengan satu salam. Hadis صَلاَةُ
اللَّيْلِ مَثْنَى مَثْنَى hanya untuk memberi pengertian/ menunjuk (irsyad)
kepada sesuatu yang meringankan saja, artinya shalat dua raka’at dengan satu
salam lebih ringan ketimbang empat raka’at sekali salam.
Lebih
jauh disebutkan dalam kitab Nailul-Authar, memang ada perbedaan
pendapat antara ulama Salaf mengenai mana yang lebih utama (afdlal)
antara menceraikan (الفصل = memisahkan 4 raka’at menjadi 2 rakaat satu salam, 2
rakaat satu salam) dan bersambung (الوصل = empat raka’at dengan
satu), sedangkan Imam Muhammad bin Nashar menyatakan sama saja afdlalnya antara menceraikan (الفصل) dan bersambung (الوصل), mengingat ada hadis sahih bahwa Nabi saw berwitir lima
raka’at, beliau tidak duduk kecuali pada raka’at yang kelima, serta hadis-hadis
lainnya yang menunjukkan kepada bersambung (الوصل). [Nailul-Authar: 2: 38-39]
Mengenai
pendapat/ fatwa Syeikh Abdul Aziz bin Baz dalam Majmu‘ Fatawanya dan Dr. Shalih Fauzan
bin Abdullah Fauzan dalam bukunya الملخص
الفقهي yang mengatakan shalat
empat raka’at sekali salam itu salah dan menyalahi sunnah, pendapat itu justru
menentangkan sunnah dan terkesan ekstrim. Hal itu sama juga dengan pendapat
sementara orang di Indonesia yang menyatakan shalat empat raka’at dengan satu
salam adalah ngawur, mereka itu sangat terpengaruh dengan pendapat sebahagian
ulama Syafi’i yang fanatik dalam hal tersebut seperti disebutkan oleh Muhammad
Nashiruddin al-Albaniy (Kalau ingin memperluas uraian ini merujuklah kepada
kitab-kitab shalat Tarawih karangan al-Albaniy itu).
Menurut
hemat kami Syeikh Abdul Aziz bin Bas, dalam bidang akidah berpegang kepada
ajaran yang dikembangkan oleh Muhammad bin Abdul Wahab, sedang dalam bidang
fiqih sangat dipengaruhi oleh paham Ahmad bin Hambal (Hanbali), dan itu umum
dianut penduduk Saudi Arabia.
Ahli
hadis Indonesia seperti Prof. Dr. T.M. Hasbi ash-Shiddieqy (dalam bukunya
Pedoman Shalat hal 514; begitu juga dalam “Koleksi Hadis-Hadis Hukum” Juz 5:
hal 130), begitu pula A. Hassan pendiri Persatuan Islam, ahli hadis juga, dalam
bukunya “Pelajaran Shalat, hal 283-284 kedua beliau itu berpendapat bahwa
shalat tarawih/qiyamu Ramadlan empat raka’at sekali
salam adalah sah, itu salah satu kaifiyah shalat malam yang dikerjakan oleh
Nabi saw.
Sebagai
informasi tambahan kami kutip di sini apa yang ditulis Imam an-Nawawi dalam
kitab al-Majmu’ (syarah al-Muhazzab, juz
5: 55), al-Qadli Husein berpendapat bahwa apabila shalat tarawih dilakukan dua
puluh raka’at, maka tidak boleh/ tidak sah dikerjakan, empat raka’at sekali
salam, tetapi harus dua raka’at sekali salam, bukan yang dimaksud oleh beliau
itu shalat tarawih delapan raka’at.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil kaji
ulang kami sebagaimana uraian/ penjelasan di atas, maka menurut hemat kami
hadis tentang shalat tarawih empat raka’at sekali salam tidak bermasalah, baik
dari sisi matan maupun sanadnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar