Rabu, 13 Agustus 2014

Hakikat umroh tan'im/ji'rona

HAKIKAT UMROH TAN’IM
Abu Ibrohim Muhammad Ali AM

Kalau kita melihat kembali sejarah haji Rosululloh صلي الله عليه وسلم bersama para sahabatnya, ternyata tidak ada yang melaksanakan umroh setelah selesai dari ibadah haji mereka (sebelum kembali ke negerinya) kecuali Ummul Mu'minin Aisyah رضي الله عنها itu pun karena beliau mengalami haid (datang bulan) sehingga tidak mungkin (dilarang) melakukan thowaf untuk umroh. Kemudian beliau berniat haji ifrod karena tidak menggiring binatang ternak untuk dikorbankan. Sampai ketika suci dari haidnya, beliau thowaf untuk haji, lalu minta kepada Rosululloh صلي الله عليه وسلم untuk melaksanakan umroh karena beliau hanya melakukan ibadah haji saja, sedangkan manusia melakukan ibadah haji dan umroh, lantas Nabi صلي الله عليه وسلم mengizinkan dan memerintahkan saudaranya (Abdurrohman bin Abu Bakar رضي الله عنهما) untuk menyertai Aisyah رضي الله عنها menuju Tan'im (suatu daerah dekat Makkah yang tidak termasuk tanah harom) dan berihrom dari sana (lihat HR. Bukhori: 1784-1785, Muslim: 1212-1216).
Rosululloh صلي الله عليه وسلم dan para sahabatnya tidak pernah melaksanakan umroh keluar menuju Tan'im ketika sedang berada dalam kota Makkah, bahkan semua umroh yang dilakukan Nabi صلي الله عليه وسلم dan para sahabatnya dilakukan ketika berada di luar Makkah.
Telah kita ketahui bahwa pada waktu Rosululloh صلي الله عليه وسلم melaksanakan haji wada', beliau disertai oleh para sahabatnya yang sangat banyak, dan mereka adalah manusia yang paling bersemangat dalam melaksanakan segala ketaatan kepada Alloh. Walau demikian, tidak satu pun di antara mereka melaksanakan umroh dari Tan'im seusai melakukan ibadah haji sebelum pulang ke Madinah, kecuali Aisyah رضي الله عنها dengan alasan yang telah disebutkan.
Sebagaimana yang dijelaskan di muka, ibadah umroh tidak terbatas waktunya. Oleh karenanya, perbuatan mereka (mengulangi umroh dalam satu perjalanan) ini jelas menambah kepadatan Makkah serta tempat thowaf dan sa'i, sehingga mengganggu para jama'ah haji/umroh yang benar-benar hendak melaksanakan ibadah yang wajib bagi mereka; maka perbuatan mereka justru lebih dekat kepada dosa daripada berpahala lantaran dapat membahayakan orang-orang yang hendak melakukan ibadah yang wajib bagi mereka.
Seandainya mengulangi umroh dalam satu perjalanan itu baik dan disyari'atkan, pasti Nabi صلي الله عليه وسلم memerintahkan Abdurrohman bin Abu Bakar رضي الله عنهما yang sedang mengantar Aisyah رضي الله عنها iberihrom dari Tan'im untuk melaksanakan juga umroh dari Tan'im karena beliau bersama Aisyah رضي الله عنها sedang berada di Tan'im. Tetapi ternyata Nabi صلي الله عليه وسلم tidak memerintahkannya padahal tidak ada kesulitan bagi Abdurrohman رضي الله عنهما melaksanakannya. Oleh karena itu, tidak terbetik pada beliau untuk mengulangi umrohnya, sehingga beliau tidak berihrom bersama Aisyah رضي الله عنها.
Rosululloh صلي الله عليه وسلم adalah manuia yang paling taat kepada Alloh, sangat cinta kepada kota Makkah, dan beliaulah yang mengatakan bahwa sholat di Masjidil Harom lebih baik seratus ribu kali lipat dibanding masjid-masjid lainnya. Kendati demikian, tatkala selesai dari thowaf dan sa'i dalam hajinya, beliau langsung keluar dari Makkah menuju al-Abthoh dan tinggal di sana selama empat hari menunggu waktu wukuf di Arofah. Beliau selama empat hari itu tidak turun ke Masjidil Harom untuk melakukan thowaf sunnah -apalagi umroh dari Tan'im-, bahkan beliau صلي الله عليه وسلم sholat bersama para sahabatnya رضي الله عنهم di al-Abthoh sampai datang waktu wukuf di Arofah, lalu beliau langsung pergi ke Arofah. Ini menunjukkan tidak disyari'atkannya mengulangi umroh ketika sedang melaksanakan ibadah haji, sebagaimana dikatakan oleh para ulama dan ahli sejarah seperti Imam Bukhori dalam Shohih-nya, Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, dan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (al-Umroh min at-Tan'im hal. 13-14).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar