|
HAKIKAT
UMROH TAN’IM
Abu
Ibrohim Muhammad Ali AM
|
|
Kalau kita
melihat kembali sejarah haji Rosululloh صلي
الله عليه وسلم bersama para
sahabatnya, ternyata tidak ada yang melaksanakan umroh setelah selesai dari
ibadah haji mereka (sebelum kembali ke negerinya) kecuali Ummul Mu'minin
Aisyah رضي الله عنها itu pun karena beliau mengalami haid (datang bulan)
sehingga tidak mungkin (dilarang) melakukan thowaf untuk umroh. Kemudian
beliau berniat haji ifrod karena tidak menggiring binatang ternak untuk
dikorbankan. Sampai ketika suci dari haidnya, beliau thowaf untuk haji, lalu
minta kepada Rosululloh صلي
الله عليه وسلم untuk
melaksanakan umroh karena beliau hanya melakukan ibadah haji saja, sedangkan
manusia melakukan ibadah haji dan umroh, lantas Nabi صلي الله عليه وسلم mengizinkan dan memerintahkan saudaranya (Abdurrohman
bin Abu Bakar رضي
الله عنهما) untuk
menyertai Aisyah رضي
الله عنها menuju Tan'im (suatu daerah dekat
Makkah yang tidak termasuk tanah harom) dan berihrom dari sana (lihat HR.
Bukhori: 1784-1785, Muslim: 1212-1216).
Rosululloh صلي الله عليه وسلم dan para sahabatnya tidak pernah melaksanakan umroh
keluar menuju Tan'im ketika sedang berada dalam kota Makkah, bahkan semua
umroh yang dilakukan Nabi صلي
الله عليه وسلم dan para
sahabatnya dilakukan ketika berada di luar Makkah.
Telah kita
ketahui bahwa pada waktu Rosululloh صلي
الله عليه وسلم melaksanakan
haji wada', beliau disertai oleh para sahabatnya yang sangat banyak, dan
mereka adalah manusia yang paling bersemangat dalam melaksanakan segala ketaatan
kepada Alloh. Walau demikian, tidak satu pun di antara mereka melaksanakan
umroh dari Tan'im seusai melakukan ibadah haji sebelum pulang ke Madinah,
kecuali Aisyah رضي
الله عنها dengan alasan yang telah
disebutkan.
Sebagaimana yang
dijelaskan di muka, ibadah umroh tidak terbatas waktunya. Oleh karenanya,
perbuatan mereka (mengulangi umroh dalam satu perjalanan) ini jelas menambah
kepadatan Makkah serta tempat thowaf dan sa'i, sehingga mengganggu para
jama'ah haji/umroh yang benar-benar hendak melaksanakan ibadah yang wajib
bagi mereka; maka perbuatan mereka justru lebih dekat kepada dosa daripada
berpahala lantaran dapat membahayakan orang-orang yang hendak melakukan
ibadah yang wajib bagi mereka.
Seandainya
mengulangi umroh dalam satu perjalanan itu baik dan disyari'atkan, pasti Nabi
صلي الله عليه وسلم memerintahkan Abdurrohman bin Abu Bakar رضي الله عنهما yang
sedang mengantar Aisyah رضي
الله عنها iberihrom dari Tan'im untuk
melaksanakan juga umroh dari Tan'im karena beliau bersama Aisyah رضي الله عنها sedang
berada di Tan'im. Tetapi ternyata Nabi صلي
الله عليه وسلم tidak
memerintahkannya padahal tidak ada kesulitan bagi Abdurrohman رضي الله عنهما melaksanakannya.
Oleh karena itu, tidak terbetik pada beliau untuk mengulangi umrohnya,
sehingga beliau tidak berihrom bersama Aisyah رضي الله عنها.
Rosululloh صلي الله عليه وسلم adalah manuia yang paling taat kepada Alloh, sangat
cinta kepada kota Makkah, dan beliaulah yang mengatakan bahwa sholat di Masjidil
Harom lebih baik seratus ribu kali lipat dibanding masjid-masjid lainnya.
Kendati demikian, tatkala selesai dari thowaf dan sa'i dalam hajinya, beliau
langsung keluar dari Makkah menuju al-Abthoh dan tinggal di sana selama empat
hari menunggu waktu wukuf di Arofah. Beliau selama empat hari itu tidak turun
ke Masjidil Harom untuk melakukan thowaf sunnah -apalagi umroh dari Tan'im-,
bahkan beliau صلي
الله عليه وسلم sholat bersama
para sahabatnya رضي
الله عنهم di al-Abthoh sampai datang waktu
wukuf di Arofah, lalu beliau langsung pergi ke Arofah. Ini menunjukkan tidak
disyari'atkannya mengulangi umroh ketika sedang melaksanakan ibadah haji,
sebagaimana dikatakan oleh para ulama dan ahli sejarah seperti Imam Bukhori
dalam Shohih-nya, Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wa an-Nihayah, dan Ibnu Hajar
dalam Fathul Bari (al-Umroh min at-Tan'im hal. 13-14).
|
Rabu, 13 Agustus 2014
Hakikat umroh tan'im/ji'rona
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar